Saat itu sedang hujan, dimana semak menjadi ribut karena bertemu tetesan air Gundah gulana hati merindukan bulan bulan sabit yang tidak mungkin ku jadikan syair tekad bulat menjadi saksi untuk meninggalkan bumi berkelana ke kota sana mencari belahan jiwa seperti dugaan, bumi tidak akan sudi tak kupijak lagi akar pohon memegangi seakan terikat pada pertiwi […]
Posted in Cerpen, puisi, sedih, umum | Leave a Comment on Sang Pengelana |