andi setiawan's blog - Part 4

Sebenarnya jam tangan ini sudah saya miliki selama beberapa bulan, tapi baru kali ini sempat memberikan review mendalam untuknya. LG G Watch R, salah satu jam tangan pintar (smart watch) besutan LG dengan spesifikasi mumpuni dan desain yang tak lekang oleh waktu.

 

Desain

Beda dari smartwatch-smartwatch sebelumnya yang umumnya berbentuk kotak seperti jam digital, yang kadang terlihat seperti komputer pada pergelangan tangan.  G Watch R Dibekali dengan desain bundar yang sporty, jam tangan ini terlihat seperti jam tangan biasa kalau dari jauh.

 

Dari pabriknya, jam ini dilengkapi dengan leather strap (tali kulit) berwarna hitam putih. Kebetulan saya kurang suka memakai aksesories berbau kulit, jadi saya juga memesan silicon strap dan juga metal-link strap berwarna hitam supaya sesuai dengan warna dan design nya.

LG sama dock

Software

Beroperasi dengan android wear versi 1.40 dengan basis Android OS 6.0.1 (marshmallow), jam tangan ini bisa dikostumifikasi dengan mudah melalui perangkat android pendampingnya. Dalam hal ini saya menggunakan Xiaomi mi4 dengan android Marshmallow. Saya bisa menggunakan berbagai “watch face” favorit yang tersedia gratis di internet dan di playstore, tapi ada juga versi premium yang harganya rata2 cuma $1 per buah.

 

Hardware

Meskipun kelihatannya simple dan sederhana dari luar, tapi gadget yang tergolong premium ini didukung processor Snapdragon 400 1.2GHz , RAM 512MB , internal storage 4 GB, dan sebuah baterai berkapasitas 410mAh yang membuat tiap operasional terasa sangat halus tanpa lag sedikitpun. Tiap sentuhan dan perpindahan dari aplikasi ke aplikasi yang lainnya terasa responsive. Koneksi ke handphone lewat Bluetooth pun sangat cepat. Pada update firmware yang terakhir, dukungan software untuk menggunakan chip Wifi sudah terpasang seperti pada G Watch Urban. Banyak yang komplain dengan alasan jamnya kurang responsive, dan butuh beberapa detik bahkan menit untuk membuka satu aplikasi saja (sebut saja salah satunya generasi pertama sony smartwatch, bahkan generasi pertama LG watch yg masih berbentuk kotak). Tapi keluhan tersebut tidak terdapat pada jam tangan ini.

 

Harga

Sebenarnya ada generasi terbaru dari seri G Watch, yaitu LG G Watch Urban, yang merupakan penyempurnaan dari G Watch R. Tapi ini masalah selera pribadi, saya lebih suka desain yang cenderung sporty daripada design elegan dari G Watch Urban. Hal ini yang menyebabkan saya harus berburu online mencari toko yang masih menjual LG G Watch R, tapi apa daya stok sudah habis. Bahkan di Amazon.com harganya dibanderol $400 sebelum pajak dan ongkos kirim, dan harus indent beberapa hari. Lho, kok harganya jadi mirip dengan harga adiknya (Urban)?

 

Beruntung di ebay ada penawaran dari seseorang yang berdomisili di Texas. Karena butuh uang, beliau menjualnya hanya dengan harga $150 + ongkos kirim sekitar $15. Langsung saya login ke paypal untuk melakukan pembayaran. Dan yupz, saya hanya harus menunggu beberapa hari sampai barangnya tiba.

 

Kesimpulan

Dengan harga yang relative lebih terjangkau dari vendor saingan, LG G Watch R merupakan smartwatch yang terbilang lebih worthed untuk dimiliki. Ingin yang lebih bagus dari LG G Watch R? yang lebih mahal banyak.. Ada buatan Fossil dan Tag heuer yang punya design lebih keren dengan bandrol mencapai ribuan dollar. Smartwatch besutan apple juga ada, iWatch dengan design kotaknya itu, dari rentang harga  paling murah $350 sampai dengan ribuan dollar yg lebih mahal dari iPhone nya sendiri (harus punya iPhone).

 

Tapi, semua kembali ke selera pribadi. Bukan begitu?

Beberapa hari belakangan, kerjaan ngga menumpuk seperti biasanya, jadi saya punya banyak waktu luang di depan komputer kerja. Karena ngga boleh pergi kemana-mana, jadi baiknya saya melakukan kegiatan yang positif sambil menunggu jam pulang, salah satunya dengan menuangkan inspirasi desain rumah impian saya.

Beberapa bulan kedepan saya rencananya ingin meminang sebidang tanah kavling seluas minimal 1 are, atau mungkin beserta dengan rumahnya. Ini memang impian saya sejak dulu untuk punya rumah sebelum menikah, dan rupanya ada jalan yang terbuka untuk mewujudkannya tahun ini.

Berikut beberapa layout idaman saya untuk tipe 36, 45, dan 50 pada tanah seluas 1 are:T36a
T50
T45

Kalau dilihat dari layout nya, memang nampak ada persamaan. Yapz, persamaan nya terletak pada ruang keluarga dan dapur yang cuma dipisahkan oleh bar counter yang selain berfungsi sebagai bar, bisa juga berfungsi sebagai meja makan. Ini terinspirasi dari design apartemen milik Ted Mosby.

Lokasi idaman saya pribadi adalah di seputaran kota Singaraja. Sebuah kota kecil terletak di Bali Utara, udaranya panas memang, karena dekat pantai, tapi juga sangat sejuk pada pagi hari, mungkin karena dekat dengan pegunungan. Well, lets see in November.

Sudah beberapa minggu ini saya kembali bekerja di belakang meja seperti tahun-tahun sebelumnya. Kelihatannya memang bonafit, kerja kantoran. Banyak teman sejawat bilang “wah, Andi, Nice life sekarang, ga gedebak-gedebuk kerjanya”. Dan biasanya saya hanya bisa menjawab sambil tersenyum “iya, mau tukeran posisi ngga?” dengan nada rendah.

Banyak yang tidak tahu kalau posisi saya sekarang ini adalah posisi tidak sehat jika dibandingkan dengan teman sejawat. Tidak sehat fisikologis, psikologis, dan juga moneter. Kenapa?
0511-0811-0415-3733_Cartoon_of_an_Office_Worker_Drinking_Too_Much_Coffee_clipart_image
Continue reading “Jadwal Kerja Baru”

Setelah beberapa bulan vacuum menulis blog dan juga jarang mengurusi web app di andiim3.com, tiba2 beberapa hari kemarin ada email penting dari Google. Isinya kurang lebih tentang update dari status pembayaran bulan ini.

logo_adsense

 

Untuk pertama kalinya pembayaran dari google otomatis masuk ke salah satu rekening bank saya. Biasanya saya harus mengurusinya ke western union bersama ibunda karena payment nya atas nama beliau, in case saya masih berpetualang di luar daerah, beliau bisa mencairkannya sendiri. Tapi semenjak Google menawarkan cara baru pembayaran adsense, saya mengubahnya ke bank wire transfer.

Jumlahnya memang tidak seberapa, karena treshold nya sendiri berada di titik minimum pembayaran. Tapi kalau dibandingkan dengan pembayaran pertama yg saya dapatkan 10 tahun lalu dengan kurs USD yang rendah, kali ini uangnya cukup untuk membiayai sewa server dan biaya 2 nama domain yang saya punya. Tentunya masih ada sisa untuk makan pecel lele, sebulan. Hahaha

Bisnis pasif ini memang tidak saya terlalu tekuni beberapa tahun belakangan karena memang masih sibuk berkelana di luar daerah. Bukan cuma karena tidak sempat membuka laptop, tapi juga akses internet yang terbatas. Kalaupun ada akses, tapi harganya koneksinya mahal banget. Bayangkan, rata2 biaya internet disini $40 USD untuk 460 menit, setara dengan RP 544.000 (kurs RP 13.600/1 USD) untuk 7,5 jam online dengan kecepatan dibawah koneksi 3G.

Jadi saya biarkan blog saya diam terbengkalai tanpa satu update pun selama beberapa bulan, begitu juga web app saya. Trafik pengunjung menurun drastis, Google Page Rank juga turun dari rank 3 jadi rank 0 untuk kedua website saya.

Untungnya pengunjung di web app saya tetap tergolong ramai tiap harinya, jadi pasif income nya ya dari satu website ini saja. Sedikit demi sedikit mengumpulkan recehan dari pengiklan.

Rencananya mulai 3-4 bulan kedepan saya akan mulai rajin update konten selama liburan di rumah. Juga mulai membudayakan “blogwalking” seperti 10 tahun lalu, dimana para blogger saling membantu memberi traffik positif dan saling bersilahturahmi.

Saya jadi ingat waktu masih jamannya blogwalking, pembayaran adsense datang hampir setiap 1-2 bulan sekali. Sekarang?

Some bloggers like me maybe so pissed to know that our ad revenue is decreasing dramatically after introduction of Ad blocking plugin (like AdBlock/Adblock Plus, etc). But lucky I found a way to ask the audience to disable the plugin when detected. In this case, I used jQuery to detect adBlock. Continue reading “Detect AdBlock with JQuery”

image

I think I want to go back when I was just a little kid with my favorite toy and have no responsibility.