malam ini | andi setiawan's blog

Malam ini aku gelisah, setelah 2 putaran jam ku berusaha untuk memejamkan semua indra, tapi tetap tak lelap juga. Ku beranjak dari tempat tidur, membuka pintu kamar kost ku, ahhh… udara malam.. begitu sejuk.. dan seakan ingin mengajakku duduk di beranda di depan kamar ku yang suntuk, tapi kutolak halus karena memang harus, ku tetap berdiri berpegangan pagar pembatas yang melindungiku agar tak jatuh dari lantai dua, lantai kamarku berada.
night sky
Ku berdiri menghadap ke selatan dimana bukit berdiri gagah dihadapanku, cahaya lampu gemerlap menghiasinya, seakan mata-matanya berkedip bergantian dan mengisyaratkan cinta nya pada malam. Desa di bukit itu, Gitgit, mungkin namanya aneh dimata orang asing, tapi keindahan alamnya selalu mendatangkan banyak wisatawan asing. Disana terdapat air terjun, yang ku yakin saat ini air-air yang jatuh dari atas tebing pun ikut menikmati malam ini sambil berpelukan gravitasi yang akan membawanya ke laut.

Ku tahu mereka setuju dengan pendapat awan tipis yang saling terpisah jauh di langit yang terang malam ini, mereka sangat lucu, dengan jumlah yang sedikit berusaha menangkap bintang yang bertaburan. musnahlah mereka dalam beberapa jam ini kalau mereka tetap melakukannya.

Sekali lagi ku menghirup dalam-dalam udara yang mungkin esok tak kudapat lagi. hemm.. sedikit pipiku bergerak tanpa diperintah otak, aneh, ku tersenyum dalam keadaan gundah galau seperti ini. Ah, tapi ku tak ingin mengingat cinta ku sejenak, ku hanya ingin menikmati: malam ini.

Baru ku ingat, malam ini 19 maret, bulan purnama, itu pun kalau aku tidak salah. Karena tadi sore ku lihat bulan bulat terang, tapi ku acuhkan begitu saja. “Bulan seperti itu masih ada tiap 30 hari, tiap tahun, dan tiap kehidupan” itu teriakan pikiranku yang salah, ku tahu salah karena bahkan saat ini pun aku sudah menyesal tidak menikmati nya dengan sang kekasih. Itu yang membuat malam ini mempunyai kekurangan, yaitu tanpa bulan, meski pun sinarnya menerangi langit dan awan, tapi tetap malam ini: tanpa bulan.

Penyesalanku malam ini berujung malu pada daun-daun pohon mangga yang bergerak lemah gemulai bagai diajari menari oleh sang bayu. Tetap tidak membuat mataku sayu. Diiringi suara riang ranting kayu, mereka tadi menemaniku mendapat tanggal baru. Wah, malam ini jadi semakin seru.

Kuteringat sesuatu yang hilang pada saat hari Nyepi datang, yaitu bintang-bintang. Dulu ku berjanji menyaksikan bintang bersama “sang bintang” meski dipisahkan jarak membentang, janji itu musnah dibalut awan murka dengan petir terang-benderang. Malam ini jelas ku lihat bintang, ku berharap dia pun ikut menyaksikannya sebelum petang hilang, sebelum pagi datang.

Andai malam ini bisa ku simpan bintang-bintang itu di lemariku, besok kan ku tunjukkan kepadanya. Akan ku rakit sedikit demi sedikit, dengan garis memanjang kan ku ikat ujungnya di kamarnya. Hingga bintang bisa menjadi perantara gundah ku kelak.

 

Ditulis malam ini, 19 Maret 2011, hanya oleh diriku sendiri, andi setiawan.



Posted in Cerpen, puisi, sedih, senang, umum |

1 thought on “malam ini

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: